Pengajian kali ini membahas tentang hijrah, dalam arti “membaik” atau tepatnya bergerak dari satu titik dalam kehidupan kita ke titik lain yang lebih baik.
Hijrah diawali dengan keinginan untuk memperbaiki diri. Agar hijrah diridhai Allah, maka hijrah itu pun harus mengacu pada ketentuan-Nya. Ketentuan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Definisi Tuhan sebagai Kasih Sayang merupakan nilai universal yang dapat diterima semua orang. Apabila kita menjalani hidup ini dengan benar, maka sifat kasih sayang ini pula yang akan terpancar dari kita. Bahwa kita selalu berbuat baik, penuh kasih sayang, kepada semua.
Komponen dalam hijrah adalah: ingat dan bersyukur. Implementasinya: dengan senantiasa bersikap kasih sayang sesuai dengan Al Qur’an. Keluarannya: takwa dan perbuatan baik.
Mengingat Allah merupakan makna kata shalat yang sebenarnya. Mengingat perintah-Nya untuk kemudian dikerjakan, dan mengingat larangan-Nya untuk kemudian dijauhi. Ingat (zikir) sebanyak-banyaknya.
Bersyukur atas segala nikmat yang ada pada diri: tubuh, ruh dan jiwa (penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, penciuman, dan akal pikiran). Cara mensyukurinya adalah dengan menggunakan dan merawat dengan baik segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.
* Cara merawat jasad ada empat: beri makan, bersihkan, beristirahat dan berolah raga.
* Cara merawat ruh: dengan berdzikir. Sebanyak-banyaknya. Minta perlindungan Allah.
* Cara merawat jiwa: dengan berbuat baik.
Al Qur’an digunakan sebagai acuan dalam hidup. Al Qur’an dibaca, dipelajari, dipahami, dilaksanakan, dan disyiarkan. Muhammad pun telah menciptakan berbagai reminder system (rukun Iman, Rukun Islam, Adzan, Iqamah) untuk membantu kita tetap ingat kepada-Nya.
Proses hijrah ini harus berlaku terus menerus, selama kita hidup. Inilah kesungguhan kita. Jihad yang sebenar-benarnya. Hijrah dan jihad harus menyatu. Sesuai kemampuan. Semua ini adalah proses.
[Ada pembicaraan menarik tentang mesjid. Sama seperti kesalahkaprahan terhadap pemahaman shalat, ada juga kesalahkapraham terhadap pemahaman mesjid. Secara bahasa, mesjid berarti tempat bersujud. Secara hakikat, tempat manusia bersujud di hatinya.
Maka kalbu seorang mukmin adalah baitullah yang sebenarnya. Mengingat Allah (shalat) dilakukan dalam hati kita (mesjid). Shalat dilakukan dalam mesjid. Saya suka ini ☺.]
Hijrah diawali dengan keinginan untuk memperbaiki diri. Agar hijrah diridhai Allah, maka hijrah itu pun harus mengacu pada ketentuan-Nya. Ketentuan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Definisi Tuhan sebagai Kasih Sayang merupakan nilai universal yang dapat diterima semua orang. Apabila kita menjalani hidup ini dengan benar, maka sifat kasih sayang ini pula yang akan terpancar dari kita. Bahwa kita selalu berbuat baik, penuh kasih sayang, kepada semua.
Komponen dalam hijrah adalah: ingat dan bersyukur. Implementasinya: dengan senantiasa bersikap kasih sayang sesuai dengan Al Qur’an. Keluarannya: takwa dan perbuatan baik.
Mengingat Allah merupakan makna kata shalat yang sebenarnya. Mengingat perintah-Nya untuk kemudian dikerjakan, dan mengingat larangan-Nya untuk kemudian dijauhi. Ingat (zikir) sebanyak-banyaknya.
Bersyukur atas segala nikmat yang ada pada diri: tubuh, ruh dan jiwa (penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, penciuman, dan akal pikiran). Cara mensyukurinya adalah dengan menggunakan dan merawat dengan baik segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.
* Cara merawat jasad ada empat: beri makan, bersihkan, beristirahat dan berolah raga.
* Cara merawat ruh: dengan berdzikir. Sebanyak-banyaknya. Minta perlindungan Allah.
* Cara merawat jiwa: dengan berbuat baik.
Al Qur’an digunakan sebagai acuan dalam hidup. Al Qur’an dibaca, dipelajari, dipahami, dilaksanakan, dan disyiarkan. Muhammad pun telah menciptakan berbagai reminder system (rukun Iman, Rukun Islam, Adzan, Iqamah) untuk membantu kita tetap ingat kepada-Nya.
Proses hijrah ini harus berlaku terus menerus, selama kita hidup. Inilah kesungguhan kita. Jihad yang sebenar-benarnya. Hijrah dan jihad harus menyatu. Sesuai kemampuan. Semua ini adalah proses.
[Ada pembicaraan menarik tentang mesjid. Sama seperti kesalahkaprahan terhadap pemahaman shalat, ada juga kesalahkapraham terhadap pemahaman mesjid. Secara bahasa, mesjid berarti tempat bersujud. Secara hakikat, tempat manusia bersujud di hatinya.
Maka kalbu seorang mukmin adalah baitullah yang sebenarnya. Mengingat Allah (shalat) dilakukan dalam hati kita (mesjid). Shalat dilakukan dalam mesjid. Saya suka ini ☺.]
No comments:
Post a Comment