*** MARI KITA SALING BERBAGI INFORMASI - MANFAATKAN MEDIA SEBAGAI SARANA EDUKASI - MAJULAH BANGSAKU - MAJULAH INDONESIAKU ***



Saturday, May 21, 2011

Rahasia Sikap Mental Pengusaha

Dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2011 saya akan sedikit bercerita tentang cara meraih kesuksesan dalam berusaha, mungkin akan bermanfaat bagi generasi muda sebagai penerus bangsa ini, Indonesia. Banyak orang yang mencoba untuk berwiraswasta, tak semuanya berhasil. Pendiri Grup Saratoga dan Recapital Sandiaga Uno menceritakan rahasia suksesnya.

Pengusaha muda yang juga orang terkaya nomor 27 di Indonesia ini menekankan bahwa sikap mental adalah modal utama bagi calon pengusaha. Sikap mental ini harus dimiliki pengusaha dan calon pengusaha yang ingin berhasil.

Pertama, seorang wirausahawan harus punya pola pikir seperti pengusaha. "Mereka harus punya paradigma yang positif dan optimis," kata Sandiaga saat ditemui di kantornya, 26 April lalu.

Sandiaga sendiri mulai berwiraswasta setelah dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja pada 1997. Untuk memulai usaha, modal bukan hal yang dinilai penting oleh Sandiaga. Tabu baginya untuk berkata "saya mau mulai berusaha tapi tak ada modal".

"Kuncinya adalah kemauan. Begitu kemauan ada, harus ada keberanian," kata dia. Keberanian tersebut akan menjadi modal yang paling utama dengan dukungan ide, rencana mencapai kesuksesan, kemampuan berjejaring dan kepercayaan dari kolega bisnis.

Dengan rangkuman bisnis yang solid tersebut, Sandiaga percaya, bukan pengusaha yang akan mencari modal melainkan modal yang akan menghampiri. Saat mengawali usahanya, Sandiaga mengakui bahwa menjalin usaha memang sangat sulit. Pernah selama enam bulan dia tak mendapatkan satu klien pun. "Sulit sekali mendapatkan kepercayaan dari investor," kata dia.

Seorang pengusaha juga harus mengubah paradigmanya, bukan lagi sebagai karyawan yang menggantungkan hidupnya dari gaji bulanan. Kondisi terjamin itu membuat karyawan tak suka mengambil risiko. Padahal, seorang pengusaha harus berani mengambil risiko.

"Pengusaha jatuh bangun karena bisnis memang penuh risiko," kata dia. Sandiaga menekankan bahwa kesuksesan tak pernah instan. Kesuksesan hanya dapat dicapai dengan kerja keras dan pantang menyerah.

Sunday, May 1, 2011

Catatan Arif Mulyadi - Hijrah

Pengajian kali ini membahas tentang hijrah, dalam arti “membaik” atau tepatnya bergerak dari satu titik dalam kehidupan kita ke titik lain yang lebih baik.

Hijrah diawali dengan keinginan untuk memperbaiki diri. Agar hijrah diridhai Allah, maka hijrah itu pun harus mengacu pada ketentuan-Nya. Ketentuan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Definisi Tuhan sebagai Kasih Sayang merupakan nilai universal yang dapat diterima semua orang. Apabila kita menjalani hidup ini dengan benar, maka sifat kasih sayang ini pula yang akan terpancar dari kita. Bahwa kita selalu berbuat baik, penuh kasih sayang, kepada semua.

Komponen dalam hijrah adalah: ingat dan bersyukur. Implementasinya: dengan senantiasa bersikap kasih sayang sesuai dengan Al Qur’an. Keluarannya: takwa dan perbuatan baik.

Mengingat Allah merupakan makna kata shalat yang sebenarnya. Mengingat perintah-Nya untuk kemudian dikerjakan, dan mengingat larangan-Nya untuk kemudian dijauhi. Ingat (zikir) sebanyak-banyaknya.

Bersyukur atas segala nikmat yang ada pada diri: tubuh, ruh dan jiwa (penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, penciuman, dan akal pikiran). Cara mensyukurinya adalah dengan menggunakan dan merawat dengan baik segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita.
* Cara merawat jasad ada empat: beri makan, bersihkan, beristirahat dan berolah raga.
* Cara merawat ruh: dengan berdzikir. Sebanyak-banyaknya. Minta perlindungan Allah.
* Cara merawat jiwa: dengan berbuat baik.

Al Qur’an digunakan sebagai acuan dalam hidup. Al Qur’an dibaca, dipelajari, dipahami, dilaksanakan, dan disyiarkan. Muhammad pun telah menciptakan berbagai reminder system (rukun Iman, Rukun Islam, Adzan, Iqamah) untuk membantu kita tetap ingat kepada-Nya.

Proses hijrah ini harus berlaku terus menerus, selama kita hidup. Inilah kesungguhan kita. Jihad yang sebenar-benarnya. Hijrah dan jihad harus menyatu. Sesuai kemampuan. Semua ini adalah proses.

[Ada pembicaraan menarik tentang mesjid. Sama seperti kesalahkaprahan terhadap pemahaman shalat, ada juga kesalahkapraham terhadap pemahaman mesjid. Secara bahasa, mesjid berarti tempat bersujud. Secara hakikat, tempat manusia bersujud di hatinya.
Maka kalbu seorang mukmin adalah baitullah yang sebenarnya. Mengingat Allah (shalat) dilakukan dalam hati kita (mesjid). Shalat dilakukan dalam mesjid. Saya suka ini ☺.]