*** MARI KITA SALING BERBAGI INFORMASI - MANFAATKAN MEDIA SEBAGAI SARANA EDUKASI - MAJULAH BANGSAKU - MAJULAH INDONESIAKU ***



Saturday, December 31, 2011

KTT ASEAN - Ani Yudhoyono: Jangan Meremehkan Kaum Perempuan

Nusa Dua (ANTARA) - Ibu Ani Yudhoyono menyeru agar publik tidak meremehkan kaum perempuan dan membuka akses seluas-luasnya bagi peran kaum perempuan di bidang keuangan. 
"Jangan meremehkan kaum perempuan," kata Ani Yudhoyono saat membuka Seminar Perempuan ASEAN tentang Kewirausahaan Ramah Lingkungan di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Rabu. 
Ia menilai apabila kaum perempuan diberdayakan maka mereka dapat tidak hanya mensejahterakan dirinya sendiri namun juga keluarganya. 
Oleh karena itu Ibu Ani mengimbau agar dibuka akses seluas-luasnya terhadap kaum perempuan di sektor keuangan, terutama untuk mendorong perempuan di bidang kewirausahaan. 
Ia kemudian meminta para pebisnis untuk memberikan contoh, para pejabat membantu dan memberi semangat serta aktif menyelenggarakan pelatihan-pelatihan. 
Menurut Ibu Ani, kreativitas sangat dekat dengan kewirausahaan sebab seorang wirausaha harus selalu berpikir tidak konvensional dan perempuan pada umumnya kreatif. 
Ia menyebutkan dari 14 sub-sektor ekonomi kreatif, antara lain periklanan, film, fashion, komputer dan piranti lunak, yang menyumbang pendapatan negara terbesar adalah produk fashion dan kerajinan yang didominasi kaum perempuan. 
Dalam pembukaan seminar yang bertema Peranan Perempuan Dalam Pemberdayaan Ekonomi Menuju Pembangunan Inter-Komunitas ASEAN itu, Ibu Ani didampingi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, Manteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari E Pangestu, Ibu Okke Hatta Rajasa, dan Wakil Ketua DPD GKR Hemas. 
Seminar tersebut merupakan satu dari sejumlah acara tambahan rangkaian Pertemuan Puncak ke-19 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berlangsung selama sepekan, 13-19 November. 
Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, seminar Perempuan ASEAN itu bertujuan untuk membuat cetak biru bagaimana perempuan ASEAN bisa terlibat dalam perekonomian ASEAN khususnya di bidang ekonomi mikro dan ekonomi kreatif. 
Seusai membuka seminar tersebut, Ibu Ani kemudian meninjau ASEAN Fair yang juga terletak di BICC dan Peninsula. Dalam kesempatan itu Ibu Ani tampak mengagumi kerajinan tenun dan perak Indonesia. 
Selain membuka seminar itu, Ibu Ani juga akan mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sejumlah acara seremonial dalam pertemuan puncak tersebut, antara lain penyambutan tamu negara dan jamuan santap malam. 
Di luar acara-acara resmi KTT ke-19 ASEAN, Ibu Ani akan menyelenggarakan acara ramah tamah dengan para istri pemimpin ASEAN dan Forum Asia Timur. 
Acara itu meliputi antara lain prosesi penanaman pohon di pantai Bali dan kunjungan ke Ubud untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, khususnya Bali

Ibu Ani tiba di Bali pada Selasa (15/11) setelah mendampingi Presiden Yudhoyono melakukan kunjungan kerja ke Honululu, Hawaii, Amerika Serikat, 12-14 November, guna mengikuti Pertemuan Puncak ke-19 Forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik.

Sunday, December 18, 2011

Kemkeu: Pemerintah Perlu Jaga Iklim Berusaha


Jakarta (ANTARA) - Pemerintah perlu menjaga iklim berusaha untuk mendorong investasi dan mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, kata Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro. 
"Kalau mau pertumbuhan tinggi, rasio investasi harus 10 persen, pemerintah saat ini lebih mendorong masuknya `Foreign Direct Investment`," katanya di Jakarta, Senin. 
Bambang mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan tinggi tersebut, pemerintah perlu mempercepat pembangunan sarana infrastruktur dengan bantuan sektor swasta. 
"Kami perlu membangun infrastruktur dalam jumlah besar, sekarang masih perlu waktu, yang terpenting bukan pemerintahnya tapi bagaimana mengajak swasta untuk ikut membangun infrastruktur," ujarnya. 
Selain itu, menurut dia, pertumbuhan ekpor yang masih cukup tinggi dan konsumsi masyarakat yang terjaga dapat dimanfaatkan agar pertumbuhan Indonesia tahun depan bisa mencapai asumsi yang ditetapkan 6,7 persen. 
Apalagi, Bambang mengatakan, impor Indonesia terbesar saat ini bukan merupakan barang konsumsi, melainkan barang modal dan bahan baku yang diharapkan dapat mengembangkan industri dalam negeri. 
"Saya pikir impor yang terbanyak saat ini bukan impor barang konsumsi, impor terbanyak barang modal dan bahan baku jadi sebenarnya cocok untuk pengembangan industri dalam mendorong ekonomi," ujarnya. 
Terkait pertumbuhan ekonomi triwulan III yang mencapai 6,5 persen, Bambang menjelaskan, angka tersebut sesuai prediksi sehingga pada akhir tahun pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,5 persen. 
"Kalau prediksi memang hingga akhir tahun 6,5 persen, karena belanja pemerintah mungkin akan meningkat dekat akhir tahun ini dan mudah-mudahan 6,5 persen bisa dijaga tahun ini," ujarnya. 
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengatakan dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka kepercayaan investor akan meningkat sehingga secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan investasi di Indonesia. 
Menurut dia, angka pertumbuhan pada triwulan III 6,5 persen bisa menumbuhkan optimisme bahwa dengan fundamental ekonomi yang baik, dapat meningkatkan peringkat rating Indonesia menjadi level investasi. 
"Sesuai dengan ekspektasi. Kalau sesuai ekspektasi kan positif, artinya tidak ada kendala atau hal-hal yang bisa menurunkan tingkat pertumbuhan Indonesia. Maka saya juga mengharapkan kenaikan rating tidak lama lagi," ujarnya. 
Deputi bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Slamet Sutomo mengatakan ada beberapa sektor yang memerlukan pembenahan agar pertumbuhan ekonomi dapat lebih meningkat seperti pertanian dan perikanan. 
Selain, pertumbuhan di luar Sumatera dan Jawa juga harus lebih ditingkatkan karena pertumbuhan masih belum terjadi secara merata di seluruh Indonesia. 

"Kita kan kaya akan sumber daya alam dan perikanan makanya agriculture base itu harus digalakkan, apalagi selama ini kan pendorong pertumbuhan cuma Jawa - Sumatera saja," ujarnya. 
Terkait pertumbuhan 2011, ia menjelaskan, target 6,5 persen akhir tahun akan tercapai walau diperkirakan pada triwulan IV pertumbuhan akan menurun. 
"Secara pola triwulan IV turun, tapi dengan turun sepertinya tidak akan banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga 6,5 persen masih bisa tercapai," kata Slamet.

Thursday, December 1, 2011

KTT ASEAN - Presiden: Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Capai 6,4 Persen pada 2011

Nusa Dua (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan optimismenya bahwa pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara bisa mencapai 5,7 persen hingga 6,4 persen pada 2011. 
Dalam pidatonya pada pembukaan konferesi pertama Badan Pemeriksa Keuangan se-ASEAN atau ASEAN Supreme Audit Institutions (ASEANSAI) di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Rabu, Presiden mengatakan, negara-negara ASEAN tetap menunjukkan ketahanan terhadap krisis keuangan global yang mendera kawasan Zona Euro. 
"Perkembangan ekonomi kita kuat dan di tengah krisis keuangan global kita tetap menunjukkan ketahanan," ujarnya. 
ASEAN, lanjut dia, memiliki pasar yang terus berkembang, kurs mata uang yang stabil, dan situasi regional yang damai sehingga tetap menarik sebagai tempat bisnis dan investasi. 
Situasi menguntungkan itu, menurut Presiden Yudhoyono yang menjabat Ketua ASEAN 2011, membutuhkan penyesuaian dari sisi pemerintah yang harus menyeimbangkan fungsinya sebagai regulator dan fasilitator. 
"Sebagai hasilnya, pemerintah saat ini harus menerapkan audit yang konstan dan ketat karena sutuasi dunia menuntut transparansi, akuntabilitas, dan juga partisipasi terbuka dari semua pihak," tuturnya. 
Karena itu, Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011 menyambut baik pembentukan ASEANSAI sebagai wadah kerjasama BPK dari sepuluh negara anggota ASEAN. 
Presiden Yudhoyono menyampaikan keyakinannya ASEANSAI dapat mewujudkan komunitas ASEAN yang menganut prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. 
Menurut dia, tuntutan untuk transparansi dan tata kelola pemerintahan yang baik telah sejalan dengan perubahan tatanan internasional yang menghendaki suatu pemerintahan responsif terhadap kebutuhan rakyat. 
"Karena pemerintahan yang responsif terhadap kebutuhan rakyatnya adalah yang paling bisa mengatasi tantangan jaman. Tidak ada negara di dunia yang kebal terhadap tantangan regional dan global. Dan dengan dukungan dari rakyatnya, pemerintahan mana pun bisa kuat mengatasi segala tantangan dan bahkan bisa lebih kuat lagi karena dukungan negara-negara lain di kawasan," tuturnya. 
Saat ini, lanjut Presiden, sepuluh anggota ASEAN adalah negara dinamis dengan tujuan bersama untuk membangun komunitas Asia yang saling peduli dan saling berbagi. 
ASEAN, kata dia, juga telah mengalami transformasi dari pertama kali terbentuk pada 1967 yang awalnya hanya beranggotakan lima negara menjadi organisasi yang kini menarik perhatian dunia. 
"Sebagai contoh dari integrasi kawasan yang berhasil, ASEAN telah berupaya untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya," demikian Yudhoyono.