Kenaikan harga pangan dan bahan bakar mengerem laju pemulihan perekonomian global tahun ini, tegas Bank Dunia, Selasa atau Rabu (8/6) WIB. Prediksi pertumbuhan global terpaksa dipangkas.
Lembaga itu memproyeksikan pertumbahan global hanya sebesar 3,2 persen pada 2011, sepersepuluh poin lebih rendah daripada estimasinya Januari lalu dan turun tajam dari pertumbuhan 3,8 persen selama 2010.
Pemimpin pembangunan berkantor pusat di Washington itu memperkirakan dalam laporan dua kali setahunnya "Global Economic Prospects" bahwa perekonomian dunia akan bangkit lagi dalam 2012.
"Namun berlanjutnya kenaikan harga bahan bakar dan pangan yang telah tinggi secara signifikan dapat mengerem pertumbuhan ekonomi dan memukul masyarakat miskin," tegas Justin Lin, ekonom utama Bank tadi.
Negara-negara berpendapatan tinggi yang ada pada pusat krisis keuangan global 2008-2009 kini masih kewalahan untuk bangkit. Pertumbuhan akan melamban dari 2,7 persen pada tahun 2010 menjadi 2,2 persen dalam 2011. Itu artinya pertumbuhan akan lebih lamban dari estimasi sebelumnya sebesar 2,4 persen.
Negara-negara kaya itu "memiliki beban terberat dalam pekerjaan restrukturisasi," ujar Andrew Burns, penyusun utama laporan tadi, dalam sebuah jumpa pers yang digelar di kantor pusat Bank Dunia di Washington.
Burns menjelaskan, AS kini "pause growth" namun resesi kedua "mungkin tidak akan terjadi" -- hal senada yang ditegaskan Presiden AS Barack Obama dalam pernyataan Selasa pagi bahwa dia "tidak cemas dengan double-dip recession."
Perekonomian terbesar di dunia itu diduga akan mengalami pertumbuhan kecil 2,6 persen tahun ini dan berakselerasi jadi 2,9 persen pada 2012, papar Bank Dunia.
Bencana gempa bumi - tsunami Jepang pada 11 Maret lalu dan gejolak politik di dunia Arab, walau berdampak besar pada pertumbuhan domestik, hanya akan menyebabkan pengaruh kecil dalam pertumbuhan global, ungkap institusi beranggotan 187 negara tersebut.
Bencana alam itu mengacau pasokan berbagai suku cadang dan material penting Jepang ke industri-industri global, khususnya ke industri otomotif dan elektronika, sedangkan gejolak politik di Timur Tengah dan Afrika Utara mempengaruhi negara-negara tersebut dan mendorong harga minyak jadi lebih tinggi.
Pemulihan di Eropa terus menghadapi "kendala besar" akibat ketidakmenentuan gara-gara krisis utang di sejumlah negara anggota zona euro. 17 negara Zona Euro itu diduga akan mengalami ekspansi seperti kecepatan 2010 sebesar 1,7 persen tahun ini, dengan pertumbuhan hanya naik kecil jadi 1,8 persen pada 2012.
Sebaliknya, negara-negara berkembang relatif berjalan mulus melewati penurunan pertumbuhan global, sehingga memberikan impetus atau dorongan bagi recovery global.
Namun pada waktu yang sama pertumbuhan kuat mereka menimbulkan permintaan berbagai komoditas yang telah memacu harga-harga jadi lebih tinggi.
"Sebagian besar negara berkembang telah kembali ke level produksi mereka pada masa sebelum krisis," ungkap Justin Lin dalam temu pers tadi.
"Kini mereka harus mengalihkan kebijakan ekonomi makro dari kebijakan moneter dan fiskal kontra-siklus dan inflasi ke sikap kebijakan lebih netral."
Saat negara-negara berkembang mendekati kapasitas penuh, pertumbuhan GDP kolektif diproyeksikan melamban dari 7,3 persen pada 2010 menjadi sekitar 6,3 persen per tahun dari 2011 hingga 2013.
Ada beberapa negara bergerak di atas kapasitas itu dan berisiko mengalami overheating, khususnya di Asia dan Amerika Latin, tegas Bank Dunia memperingatkan.
Burns mendesak negara-negara berkembang agar memusatkan perhatian pada reformasi struktural dengan tujuan menggunakan sumberdaya mereka secara efisien sekaligus mengubah "mindset" atau pola pikir mereka mengejar "pertumbuhan dengan segala pengorbanan."
Bagi China, ekonomi terbesar kedua dan pemacu pertumbuhan utama dunia, ekspansi diproyeksikan melamban dari 2010 sebesar 10,3 persen menjadi 9,3 persen pada 2011 dan sekitar 8,7 persen setiap tahunnya dari 2012 hingga 2013, "saat pengaruh pengetatan kebijakan pemerintah mulai menimbulkan dampak lebih kuat."
Harga minyak mentah, setelah rata-rata sekitar 79 dolar per barel tahun lalu, kini diproyeksikan mencapai 107,20 dolar per barel dalam 2011 sebelum mengalami penurunan sedikit.
"Harga bahan bakar diperkirakan tetap naik selagi pasokan fisik terganggu dan berlanjutnya kekhawatiran tentang kekacauan lebih besar akibat kerusuhan politik di negara-negara produsen minyak," lanjut Bank Dunia dalam laporan baru tersebut.
Harga pangan domestik naik 7,9 persen di negara-negara berkembang sejak Juni tahun lalu. Tapi harga-harga lokal kemungkinan besar naik lebih lanjut saat perubahan harga internasional secara perlahan melalui pasar-pasar domestik, papar pemberi pinjaman anti-kemiskinan tadi memperingatkan.
No comments:
Post a Comment