Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia meminta
pemerintah pusat serius menyelesaikan masalah banjir yang kerap melanda
Ibu Kota Jakarta agar tidak berdampak pada kegiatan investasi di Tanah
Air.
"Jakarta merupakan salah satu etalase Indonesia. Penanganan dampak
banjir dan penanggulangannya ke depan harus menjadi prioritas
pemerintah, agar citra Indonesia tidak terpuruk di mata investor," kata
Ketua Apindo Sofjan Wanandi ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Menurut Sofjan, persoalan banjir seharusnya tidak lagi menjadi kendala karena sudah berulangkali terjadi dan selalu memberi dampak yang sudah terukur yaitu lumpuhnya perekonomian di DKI Jakarta.
Akan tetapi setiap kali terjadi banjir besar, saat itu pula kembali sadar bahwa penanganan yang berkelanjutan harus menjadi yang utama.
"Banjir yang melanda Ibu Kota Negara menjadi pukulan besar bagi ekonomi karena di samping menjadi jantung ekonomi juga menjadi pusat pemerintahan," tegas Sofjan.
Banjir yang melanda Jakarta sejak Rabu (16/1) telah mengakibatkan sebagian besar ekonomi lumpuh, seperti infrastruktur jalan terganggu, layanan transportasi terhenti, beberapa pusat bisnis berhenti, selain juga memaksa puluhan ribu penduduk mengungsi.
Sofjan yang juga Aktivis `66 ini menuturkan, peristiwa banjir seperti ini tentunya menjadi sorotan dunia.
Dampak langsungnya sudah terlihat saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Kamis (17/1) menerima kunjungan Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner.
Sebagai mitra dagang, Cristina mengikutsertakan 71 delegasi dan sebanyak 230 pengusaha Argentina.
"Meski kedua kepala negara sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara namun pada pelaksanaanya tetap tergantung pada situasi atau kondisi di lapangan, misalnya iklim investasi maupun infrastruktur yang mendukung kegiatan perekonomian," ujar Sofjan.
Ia menambahkan, pada triwulan III 2012, DKI Jakarta masih menduduki porsi investasi asing (PMA) terbesar di Tanah Air yang mencapai 19 persen, disusul Jawa Barat dengan porsi 16,2 persen, Kalimantan Timur 11,5 persen, Sulawesi Tengah 10,1 persen, dan Riau dengan porsi 9,3 persen.
"DKI Jakarta sebagai tujuan investasi terbesar, tercermin dari posisinya sebagai ibu kota pemerintahan yang menjadi pusat perekonomian dan ditopang tingginya sektor layanan jasa, seperti distribusi dan perdagangan barang," kata Sofjan.
Lumpuh
Terkait dengan ekonomi yang relatif lumpuh di DKI Jakarta dalam dua hari ini, Sofjan menuturkan dipicu oleh terhentinya sejumlah aktivitas seperti perkantoran, industri, perdagangan, dan kegiatan produksi di sejumlah lokasi.
Di sepanjang Thamrin, Sudirman, Kuningan saja diutarakan Sofjan, berapa besar kerugian yang dialami jasa perhotelan, belum lagi perbankan, perusahaan pembiayaan.
Ia menambahkan dengan terganggunya kegiatan produksi, distribusi barang dan jasa maka otomatis juga berdampak pada transaksi keuangan.
Sofjan yang juga menjadi pengurus Kadin Indonesia ini juga menginformasikan dampak banjir tersebut juga menganggu bisnis di kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP).
"Saya dapat informasi bahwa dari sekitar 375 pabrik di JIEP lebih dari setengahnya terpaksa tutup karena buruhnya tidak masuk," ujarnya.
Ia menggambarkan, jika setiap satu pabrik saja omset per hari sekitar Rp1 miliar, maka diperkirakan terjadi potensi rugi sekitar Rp150 miliar per hari.
"Belum lagi di kawasan lain seperti Kawasan Berikat Nusantara (KBN) dan kegiatan ekspor impor di Tanjung Priok," ujarnya.(tp)