Pengamat ekonomi, Aviliani mengatakan, penerimaan negara dari ekspor
berpotensi terganggu dengan belum tuntasnya krisis Eropa. "Paling cuma
stagnan saja terhadap ekspor. Berarti kita tidak akan meningkat mendasar
dari pendapatan," ujarnya di Jakarta, Selasa (18/10).
Menurutnya, kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) pada negara-negara maju di Eropa dan AS sangat minim. Pasalnya, negara-negara tersebut akan mencari solusi untuk bisa keluar dari krisis.
"Kalau saya lihat AS dan eropa tidak mungkin mau default gitu saja, mereka akan terus bersaing untuk bertahan. Sehingga nantinya kita mungkin hanya akan merasakan krisis yang kecil-kecil," tuturnya.
Sebagai solusi, lanjutnya, pemerintah harus menggenjot pertumbuhan infrastrukur agar pertumbuhan ekonomi tidak terlalu bergantung pada ekspor.
"Sehingga stagnasi dari ekspor ini yang harus kita hadapi yaitu dengan cara gimana infrastruktur ini dibangun, kemudian penyerapan tenaga kerja baru. Kalau stagnasi, kan berarti tidak ada penyerapan tenaga kerja baru kan," tandasnya.
Menurutnya, kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) pada negara-negara maju di Eropa dan AS sangat minim. Pasalnya, negara-negara tersebut akan mencari solusi untuk bisa keluar dari krisis.
"Kalau saya lihat AS dan eropa tidak mungkin mau default gitu saja, mereka akan terus bersaing untuk bertahan. Sehingga nantinya kita mungkin hanya akan merasakan krisis yang kecil-kecil," tuturnya.
Sebagai solusi, lanjutnya, pemerintah harus menggenjot pertumbuhan infrastrukur agar pertumbuhan ekonomi tidak terlalu bergantung pada ekspor.
"Sehingga stagnasi dari ekspor ini yang harus kita hadapi yaitu dengan cara gimana infrastruktur ini dibangun, kemudian penyerapan tenaga kerja baru. Kalau stagnasi, kan berarti tidak ada penyerapan tenaga kerja baru kan," tandasnya.